Kamis, 02 Juni 2011

hendra setiawan

Hendra Setiawan (lahir di Pemalang, Jawa Tengah, 24 Agustus 1984; umur 26 tahun) adalah salah satu pemain bulu tangkis Indonesia. Saat ini ia berpasangan dengan Markis Kido dan menduduki peringkat ke-2 dunia IBF untuk ganda putra. Gelar yang pernah didapat adalah juara dunia 2007 di Malaysia, juara China Super Series 2007 dan Hongkong Super Series 2007. Di tahun 2008 juga menjadi pasangan Kido/Setiawan juara di Malaysia Super Series.
Hendra Setiawan bersama pasangannya Markis Kido berhasil meraih medali emas pertama untuk Indonesia di Olimpiade Beijing 2008 untuk cabang bulu tangkis ganda putra. Di partai final pada tanggal 16 Agustus 2008 itu, mereka berhasil menaklukkan pasangan RRC Cai Yun/Fu Haifeng melalui pertarungan sengit 3 set dengan skor 12-21, 21-11, 21-16.

[sunting] Catatan Prestasi

Kejuaraan Dunia
Peringkat Cabang yang dipertandingkan Tahun Tuan rumah Ajang
1 Ganda putra 2007 Kuala Lumpur, MAS -
Perempatfinal Ganda putra 2006 Madrid, ESP -
Kejuaraan Asia
Peringkat Cabang yang dipertandingkan Tahun Tuan rumah Ajang
1 Ganda putra 2005 Hyderabad, IND -
Perempatfinal Ganda putra 2006 Johor Bahru, MAS -
Grand Prix Dunia
Peringkat Cabang yang dipertandingkan Tahun Tuan rumah Ajang
1 Ganda putra 2008 Malaysia Proton Malaysia Open
1 Ganda putra 2007 Hongkong Hongkong Open
1 Ganda putra 2007 RRC China Open
1 Ganda putra 2007 Taiwan Chinese Taipei Open
1 Ganda putra 2006 RRC China Open
1 Ganda putra 2006 Hongkong Hongkong Open
1 Ganda putra 2005 Indonesia Djarum Indonesia Open
2 Ganda putra 2007 Swiss Wilson Swiss Open
2 Ganda putra 2007 RRC China Masters
2 Ganda putra 2006 Indonesia Djarum Indonesia Open
2 Ganda putra 2004 Denmark Realkredit Denmark Open
3 Ganda putra 2007 Denmark Denmark Open
3 Ganda putra 2007 Makau Macau Open
3 Ganda putra 2007 Jepang Yonex Japan Open
3 Ganda putra 2007 Singapura Aviva Singapore Open
3 Ganda putra 2007 Malaysia Proto Eon Malaysia Open
3 Ganda putra 2006 Korea Noonnoppi Korea Open
3 Ganda putra 2005 Jerman German Open
Piala Sudirman
Peringkat Cabang yang dipertandingkan Tahun Tuan rumah Ajang
2 Beregu 2007 Glasgow, GBR -
Piala Thomas
Peringkat Cabang yang dipertandingkan Tahun Tuan rumah Ajang
3 Beregu 2008 Jakarta, INA -
3 Beregu 2006 Jepang -
Olimpiade
Peringkat Cabang yang Dipertandingkan Tahun Tuan Rumah Ajang
1 Ganda putra 2008 Beijing, CHN Olimpiade Beijing

[sunting] Pranala luar

[sunting] Referensi

Bulutangkis.com - Maria Febe juga telah berlatih bulutangkis sejak masih belia, bakat olahraga mengalir dari darah ayahnya yang piawai di semua cabang olahraga. �Bapak saya paling bisa bidang bela diri, bulutangkis dan voli juga gemar. Memang tidak sampai mendalami seperti saya,� katanya.

Terbatasnya klub di tempat tinggalnya di Boyolali, dia pun berlatih di Solo. Dia pindah-pindah klub, seperti di Panorama, Sinar, dan Tangkas Solo. Rasa lelah karena pagi harinya harus ke sekolah dan perjalanan yang cukup jauh dari Boyolali ke Solo, tidak dia rasakan lagi karena keinginannya yang kuat untuk menjadi pemain tingkat dunia. Setelah sering merebut gelar juara, PB Djarum pun meliriknya, pada Oktober 2005.

�Saya tidak melewati seleksi. Seleksi di Djarum biasanya dilakukan pada Juni atau Juli. Djarum yang meminta saya karena waktu itu saya sering juara. Orang tua pun setuju saya bergabung dengan Djarum. Saya tentu gembira dan bangga dapat masuk Djarum tanpa seleksi karena di sini sangat ketat untuk dapat menjadi salah satu anggota,� ujar pemain bertinggi badan 162 sentimeter ini

Sampai saat ini banyak turneman yang telah dijuarai seperti Yonex Australian Open Grand Prix tahun 2009, dan di turnamen Selandia Baru, dia mencapai final. Pada 2008, dia juga juara di turnamen Bitburger, Jerman. Gelar-gelar itu membawanya ke urutan ke-27 peringkat dunia. Dia bahkan menjadi pemain kedua Indonesia di deretan pemain tingkat dunia di bawah Adriyanti Firdasari. (Contributed by: Image Dynamics)

Profil diri:

Maria Febe Kusumastuti
� Boyolali, 30 September 1989
� Kategori Pertandingan: tunggal putri
� Tahun bergabung: 2001
� Prestasi:
� - Juara II Kejurnas 2009
- Juara III India Open Grand Prix 2009
- Juara II New Zealand Open Grand Prix 2009
- Juara I Yonex Australian Open Grand Prix 2009
- Semifinalis Vietnam International Challenge 2009
- Juara I Sirnas Kalimantan 2009
- Juara I Bitburger Open Jerman 2008
- Juara I Beregu Gubernur Cup Kudus 2008
- Juara I Dutch Junior 2007
- Runner Up Jerman Junior 2007
- Juara II MILO 2007
- Perempat Final Italy 2007
- Juara I Brasil 2006


Sejarah Tong Sin Fu

Thomas Cup sudah berakhir minggu yang lalu. Tim Indonesia kembali takluk dari Tim China, cukup telak 0-3. Dari 3 nomor yang dipertandingkan waktu itu, sebenarnya Indonesia masih bisa mengimbangi di dua nomor. Hanya pertandingan antara Taufik Hidayat dan Lin Dan saja yang terlihat tidak imbang. Kemampuan Super Dan memang jauh di atas Taufik.

Ada seorang suksesor dibalik keperkasaan Lin Dan dan Tim China pada umumnya, dia lah Tong Sin Fu (Tang Hsien Hu). Seorang kakek yang kita lihat duduk mendampingi permainan Lin Dan di kejuaraan Thomas Cup kemarin. Siapakah Tong Sin Fu?

Sedih saat melihat fakta bahwa Tong Sin Fu dilahirkan di Teluk Betung, Lampung, 13 Maret 1942. Dia pun pernah melatih di Cipayung dari tahun 1986 sampai dengan 1998. Dari tangan dinginnya lahir pebulutangkis hebat Indonesia seperti Alan Budikusuma, Ardy B Wiranata, dan Hariyanto Arbi. Lebih menyedihkan lagi melihat fakta kalau Tong hijrah ke China karena permohonannya untuk memperoleh surat bukti WNI ditolak.

Semoga, aset bangsa yang ke luar negeri karena disia-siakan bangsanya sendiri tidak lebih banyak lagi..







JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan pemain nasional Alan Budi Kusuma menganggap negara lain lebih memberi penghargaan kepada para pelatih bulu tangkis yang berprestasi.

Hal ini diungkapkan oleh Alan mengenai sosok pelatih China kelahiran Indonesia, Tong Sin Fu atau Tang Hsienhu, yang mendampingi para pemain negeri itu mengalahkan Indonesia 3-0 pada final Piala Thomas, Minggu (16/5/2010).

Alan memang dikenal dekat dengan pelatih kelahiran Teluk Betung, Lampung, 13 Maret 1942. Perkenalan terjadi saat Tong melatih di Indonesia pada 1987 hingga 1998. "Bayangkan, pada usia setua itu, ia masih diberi  kesempatan duduk mendampingi pemainnya. Padahal setahu saya, ia memiliki masalah dengan jantungnya, serta memang sejak muda hidup dengan satu ginjal," katanya.

Peraih medali emas olimpiade ini memang merupakan salah satu anak didik Tong  sejak muncul akhir 1980-an. Menurutnya, Tong sebagai pelatih menanamkan disiplin tinggi buat anak didiknya. "Kalau latihan pukul delapan, dia sudah di lapangan pukul 07.30. Kami terlambat satu menit saja akan disuruh pulang," ungkapnya.

Ia juga memuji Tong yang memiliki metode latihan yang unik dan tidak pernah sama untuk setiap pemain. "Saya dengan pemain lain, seperti Ardy, diberikan metode latihan yang berbeda. Namun, setiap memberikan teknik latihan, Om Tong selalu bilang, latihan yang dijalankan itu akan memberi hasil tiga bulan kemudian. Dan ini terbukti," ungkapnya.

Mereka terus bersama hingga Tong memutuskan kembali ke China setelah permintaannya untuk memperoleh surat bukti warga negara Indonesia ditolak.

"Om Tong memang cerita tentang kesulitan dia memperoleh izin naturalisasi. Dia telah mengajukan selama lebih dari sepuluh tahun dengan biaya sendiri hingga habis lebih dari Rp 50 juta-an," kata Alan. "Awalnya dia telah mendapatkan KIMS (kartu izin menetap sementara) yang diperpanjang dengan menerima KIM (kartu izin menetap), tetapi ketika saatnya mendapatkan surat bukti WNI, dia malah diminta mengurus ulang proses mendapatkan KIMS," katanya.

Alan ingat bagaimana reaksi Tong Sin Fu saat permintaannya mendapatkan surat bukti WNI gagal. "Waktu itu kami masih latihan hingga pukul 10 malam. Om Tong bilang saya mau ke imigrasi sebentar," katanya. "Pukul 11 malam, dia pulang dengan menendang pintu ruang latihan sampai kami semua berhenti berlatih. Om Tong cuma teriak, 'kurang ajar... gue disuruh ngulang prosesnya!'" kenang Alan.

Alan tidak tahu apakah dalam proses mendapatkan surat WNI tersebut Tong mendapat bantuan dari pengurus PB PBSI atau pejabat berwenang lainnya. "Beberapa hari setelah kejadian itu, dia bilang memutuskan akan kembali ke China," katanya. "'Lan, apa sih yang kurang saya lakukan buat negeri ini? Saya sudah membawa gelar juara, juga dapat penghargaan dari Presiden. Tapi semua itu tidak ada gunanya'," ucap Alan mengulangi perkataan Tong.

Saat itu, Alan, karena masih menjadi pemain, meminta Tong mempertimbangkan keputusannya itu. Namun, pelatih yang pernah melahirkan nama-nama besar di China, seperti Lin Ying/Wu Dixi dan Li Lingwei ini mengatakan, "Gue di sini warga negara asing. Kalau mati di sini, istri dan anak gue makan apa?"

Tong memang menikah dengan seorang wanita dari China daratan pada usia cukup lanjut dan memiliki putra yang seingat Alan baru berusia enam tahun. "Mungkin setelah menghubungi koleganya di China, ia mendapat kepastian tentang masa depannya di sana," ucap Alan.

Juni 1998, Tong akhirnya kembali ke China dengan membawa keluarga. Ia diantarkan oleh para mantan anak asuhnya, antara lain Alan Budi Kusuma, Candra Wijaya, Hariyanto Arbi, dan Hendrawan sampai ke bandara Soekarno-Hatta.

Menurut Alan, setelah pindah, Tong ditarik sebagai pelatih tingkat provinsi kemudian timnas oleh  pelatih kepala, Li Yongbo. Sebagai pelatih timnas, Tong Sin Fu atau Tang Hsien Hu mendapat jaminan, seperti rumah, kendaraan, dan jaminan hidup hingga seumur hidup anaknya. Ya, seumur hidup anaknya!

hayom rumbaka

Si arfi datang lagi.. Kali ini Arfi mau membahas masalah olahraga lagi nih. Khususnya Bulutangkis lagi. Dan yang akan Arfi omongin di sini adalah salah satu atlet PB Djarum yang baru saja direkrut oleh Pelatnas. Siapa dia? Pada sudah tahu belum? Yap, Dialah si Hayom Rumbaka.
Pemain kelahiran Kulonprogo, 22 Oktober 1988 ini bergabung di PB Djarum sejak tahun 2005. Dari situlah bakatnya semakin terlihat. Di usia yang masih 21 tahun ini, si Hayom sudah menunjukkan bahwa dia siap menggantikan posisi Taufik Hidayat sebagai tunggal pertama Indonesia yang sampai saat inipun masih diduduki oleh Taufik sendiri di usianya yang hampir 29 tahun. Prestasi tertinggi Hayom adalah menjadi juara di Australian Grand Prix 2009 dan menjadi juara di Indonesia International Challeng 2009. Dan berkat prestasinya itulah, PBSI merekrut anak muda ini ke pelatnas tanpa tes bersama atlet putri PB Djarum juga, Maria Febe Kusumastuti.
Pemilik nama lengkap Dionysius Hayom Rumbaka ini memiliki postur yang sangat memadai dengan tinggi badan yang mencapai 182 cm. Selain itu, gaya mainnya bahkan banyak yang bilang mirip seperti gaya main Taufik Hidayat dengan sering melakukan serangan mematikan. Dan semoga setelah bergabung dengan pelatnas, prestasi Hayom menjadi semakin bersinar dan menjadi tulang punggung Indonesia dalam mengharumkan nama Indonesia di kancah perbulutangkisan nasional.
Dan satu lagi nih. Ternyata baru sebulanan Hayo di Pelatnas, dia berhasil merebut hati salah satu atlet muda pelatnas, dialah Bellaetrix Manuputty. Hmmm,,, semoga aja prestasi mereka tidak turun setelah menjalin hubungan..Justru semoga tambah moncer dan moncer seperti Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma. hehehe :P
Maaf nih foto di FB aku upload ke sini,, soalnya gak ada fotonya Bella yang pas gitu angle dari mbah google... :D

frans kurniawan


JAKARTA, KOMPAS.com — Ganda campuran Indonesia mengepung Malaysia di semifinal India Terbuka Superseries. Situasi ini terjadi setelah pasangan Pelatnas Cipayung yang merupakan unggulan ketiga, Fran Kurniawan Teng/Pia Zebadiah Bernadeth, menang 21-15, 21-10 atas pasangan Thailand, Maneepong Jongjit/Savitree Amitapai, di babak perempat final, Jumat (29/4/2011).
Sebelumnya, dua pasangan Tanah Air sudah lebih dulu meraih tiket semifinal turnamen berhadiah 200.000 dollar AS ini, yaitu unggulan keempat Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan unggulan ketujuh Muhammad Rijal/Debby Susanto. Mereka akan saling mengalahkan di semifinal, Sabtu (30/4/2011), yang memastikan Indonesia memiliki satu wakil di final.
Selanjutnya, Fran/Pia akan bertemu unggulan kelima dari Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, yang menang straight game 21-13, 21-16 atas unggulan kedua dari Thailand, Songphon Anugritayawon/Kunchala Voravichitchaikul.
Meiliana/Greysia juga ke semifinal
Dari sektor ganda putri, Indonesia tetap memelihara asa untuk meraih gelar turnamen kelas dua ini (di bawah Superseries Premier). Unggulan keempat Meiliana Jauhari/Greysia Polii berhasil melewati hadangan ganda putri terbaik Malaysia, Chin Eei Hui/Wong Pei Tty, yang berhasil dikalahkan dengan dua game langsung 21-15, 21-16.
Di semifinal besok, pasangan Pelatnas ini akan menghadapi ujian yang lebih berat lagi karena bertemu pasangan Jepang, Miyuki Maeda/Satoko Suetsuna. Unggulan pertama tersebut lolos setelah menang straight game 21-11, 21-13 atas pasangan Korea Selatan, Jang Ye Na/Kim Min Seo.
Dengan demikian, secara keseluruhan sudah ada lima wakil Indonesia yang maju ke semifinal, sedangkan tiga lainnya, yaitu tunggal putra Taufik Hidayat serta ganda campuran Nova Widianto/Vita Marissa dan ganda putra Yohanes Rendy Sugiarto/Afiat Yuris Wirawan, terjegal. Masih ada satu wakil yang sedang bertanding, yaitu ganda putra Angga Pratama/Ryan Agung Saputra, yang menghadapi unggulan keenam dari Jepang, Naoki Kawamae/Shoji Sato.